Dakwah Info/Manajemen Dakwah
PERAN KEPEMIMPINAN PADA ERA ZAMAN SEKARANG MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Penulis : Maratua
Hasonangan Harahap & Dr. Hamidullah, Lc. M.A.
Kepemimpinan
memiliki beberapa definisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kepemimpinan
yaitu perihal memimpin, dan cara memimpin. Menurut Robbin kepemimpinan yaitu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok guna
mencapai visi yang telah ditetapkan (Robbin,2015). Menurut Handoko,
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi
orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Hani, 2015). Kartono
mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat, dan
kekuatan moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk mengubah sikap sehingga
menjadi selaras dengan apa yang diinginkan pemimpin (Kartini, 2005).
Beberapa
pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah kepala
struktural yang berusaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota atau bawahannya
kepada tujuan tertentu atau demi tujuan tertentu. Hal ini merupakan instrument yang
harus ada dalam sebuah organisasi atau perusahaan tertentu. Karena di mana ada
kelompok atau anggota, di sana pasti ada pemimpin atau sebagai leadernya.
Kepemimpinan
pada zaman sekarang menuntut adaptasi terhadap perubahan eksponensial,
perkembangan teknologi, dan inovasi digital yang bergerak cepat. Menurut
Armand, gaya kepemimpinan zaman dahulu yang linear tidak lagi sesuai, karena
sekarang semua pihak harus berjalan bersama dan bekerja sama secara
kolaboratif, tangkas, analitis, kreatif, dan inovatif. Pemimpin zaman
sekarang perlu memiliki pola pikir kolaboratif, mengembangkan kualitas pribadi
seperti integritas, antusiasme, dan kerendahan hati, serta memiliki growth
mindset. Selain itu, kepemimpinan modern membutuhkan model kepemimpinan
yang visioner, mampu membawa semangat, dan mempengaruhi pengikutnya berdasarkan
tugas dan aspek sesuai kondisi yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan pada zaman sekarang menekankan pada keterlibatan aktif semua
pihak, adaptasi terhadap perubahan, dan pola pikir kolaboratif. Didalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 30, sebagai berikut :
وَاِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ
قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا
لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya:
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."
Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Ayat tersebut memaparkan dalam
konsef kehidupan di mukabumi ini, Allah akan membangun sistem tersendiri untuk
manusia dalam melakukan kehidupan, yakni adanya seorang kholifah/pemimpin. Dikarenakan
kehidupan di mukabumi ini akan ada sekelompok orang yang akan menempatinya. Maka
kata kholifah dalam ayat tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa adanya
seorang pemimpin merupakan sesuatu yang wajib terjadi di bumi ini.
Menurut Muhammad Hanif Ibrahim, dkk dalam artikel "Fungsi Kepemimpinan Dan Pemimpin Dalam Islam”, Sifat-sifat Wajib bagi seorang pemimpin minimal harus mendekati sifat nabi sebagai berikut:[1]
1. Siddiq (Benar).
Siddiq artinya selalu benar dalam perkataan dan perbuatan. Dan kedua hal ini juga harus singkron dan sejalan. Karena benar artinya tidak berbohong tidak hanya kepada orang lain. Tidak berbohong terhadap diri sendiri juga di tuntut bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu benar dengan perkataan dan perbuatan merupakan hal yang sangat penting.
2. Amanah (Terpercaya)
Kepercayaan merupakan suatu hal inti dari sebuah komunitas. Seorang pemimpin harus dapat di percaya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW, sejak belia sudah mendapat gelar al-Amiin, yakni yang terpercaya.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Tabligh ini artinya menyampaikan semua yang di amanahkan. Tidak boleh ada yang di sembunyikan selama hal itu baik dan benar.
4. Fatanah (Pandai)
Kepintaran juga tidak kalah penting bagi seorang pemimpin. Karena tampa pintar akan ilmu pengetahuan akan bingung memimpin bawahan.
5. Maksum (Bebas Dari Dosa)
Maksum
dalam konteks ini bukan berarti bebas dari dosa seutuhnya seperti Nabi, akan
tetapi maksum dalam artian pemimpin harus mampu menjadi contoh dan tauladan. Hendaknya
seorang pemimpin adalah orang yang terdepan dan yang paling utama bersih dari
perbuatan dosa dan kesalahan baik secara aturan agama dan teknis atau
perjanjian tertentu yang sudah di sepakati.
Dalam memilih
seorang pemimpin Qur’an juga memiliki pandangan tersendiri. Sebagaimana yang
tergambar dalam surah an-Nisa’ di bawah. Bahwa hendaklah jangan menjadikan orang
kafir dalam hal atau kondisi tertentu.
“Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari
orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah
(untuk menghukummu)?” (Q.S. an-Nisaa’: 144).
Dan
dalam Qur’an surah al-Ma’idah di ingatkan bahwa, hendaknya seorang pemimpin
adalah orang yang memang benar-benar serius dengan jabatannya, sebagaimana
kandungan makna dalam ayat di bawah:
“Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi
bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi
kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada
Allah jika kamu orang-orang beriman” (Q.S. al-Maidah: 57).
Kepemimpinan zaman
sekarang cenderung mengalami evolusi untuk mencerminkan perubahan dalam
dinamika sosial, ekonomi, dan teknologi. Dalam perspektif Al-Quran,
kepemimpinan harus didasarkan pada
prinsip kepercayaan (amanah) dan kesadaran akan Tuhan. Pemimpin harus memiliki
sifat-sifat Allah yang terkumpul dalam Asmaul Husna,[2]dan
sifat-sifat lainnya seperti keadilan, pemenuhan kepercayaan, kebenaran, ketekunan
dalam melakukan apa yang benar, dan menghormati janji. Islam tidak membatasi
perempuan untuk menjadi pemimpin, bahkan Al-Quran memberikan hak kepada kaum
perempuan untuk menjadi pemimpin sebagaimana hak-hak yang diberikan kepada
laki-laki, dengan syarat terpenuhinya kriteria untuk menjadi pemimpin.
[1] Muhammad
Hanif, et al. "Fungsi Kepemimpinan Dan Pemimpin Dalam Islam". Lihat: https://publ.cc/OFUKjV
[2] Muhidin
Arifin, and Ujang Nurjaman. "Model Kepemimpinan Pendidikan Masa Depan
Berbasis Agama, Filsafat, Psikologi dan Sosiologi." Al Qalam:
Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 16.1 (2022): 208-223.
Komentar
Posting Komentar