Dakwah Info/Manajemen Dakwah
Generasi Tabi'ittabi'in
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Tabi’ittabi’in
Generasi
setelah Tabi'in disebut sebagai "Tabi'at Tabi'in". Mereka adalah generasi
ketiga dalam sejarah Islam dan hidup setelah Tabi'in (generasi kedua yang
merupakan pengikut langsung Sahabat Nabi Muhammad SAW). Meskipun mereka tidak
memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan Sahabat Nabi, mereka tetap
memainkan peran penting dalam pengembangan dakwah pemikiran dan pemahaman
Islam.
Periode
ini berkembang kurang lebih antara tahun 93-248 H/671-826 M[1].
dimana pada masa ini tokoh-tokoh pemikir islam seperti imam mazhab lahir dan
berkembang pemikirannya: Imam Malik bin Anas, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad.[2] Sehingga
dalam kajian komunikasi dakwah pada masa itu banyak di warnai dengan
berkembangnya pemikiran dalam bidang hukum syariat islam.
Berikut
adalah beberapa ciri-ciri generasi ini:
1. Pewarisan
dari Tabi'in:
Generasi
Tabi'at Tabi'in menerima pengajaran dan pemahaman Islam dari Tabi'in. Mereka
menerima hadis-hadis dan ajaran Islam melalui guru-guru mereka yang merupakan
Tabi'in.
2. Pengembangan
Fiqh (Hukum Islam):
Seperti Tabi'in,
Tabi'at Tabi'in juga berperan dalam mengembangkan prinsip-prinsip hukum Islam
(fiqh). Mereka merumuskan pendekatan hukum yang lebih sistematis dan kompleks,
serta menjawab pertanyaan hukum yang muncul dalam masyarakat Muslim.
3. Pemikiran
Teologis dan Filsafat:
Generasi ini
juga mulai memperdalam pemikiran teologis dan filsafat Islam. Mereka menghadapi
berbagai pertanyaan tentang teologi, sifat Allah, dan masalah filsafat yang
memengaruhi pemahaman mereka tentang agama.
4. Kompilasi
dan Penyusunan Hadis:
Tabi'at Tabi'in
juga berperan dalam upaya-upaya kompilasi dan penyusunan hadis, meskipun
pekerjaan ini lebih terfokus pada generasi berikutnya, yaitu para ahli hadis
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, dan lainnya.
5. Perkembangan
Ilmu Al-Quran dan Hadis:
Mereka juga
terlibat dalam memahami dan menginterpretasikan Al-Quran serta mengembangkan
metodologi ilmiah untuk memahami hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
6. Pengaruh
pada Mazhab Fiqh:
Beberapa
pemikiran Tabi'at Tabi'in menjadi dasar bagi berbagai mazhab fiqh (sekte hukum
Islam) yang muncul kemudian dalam sejarah Islam. Mazhab-mazhab ini
mengembangkan pandangan hukum yang berbeda-beda berdasarkan pemahaman mereka
terhadap Al-Quran dan hadis.
Penting
untuk diingat bahwa pemikiran dan pengaruh generasi Tabi'at Tabi'in merupakan
tahap awal dalam pengembangan pemikiran Islam. Generasi ini memberikan fondasi
yang kuat bagi perkembangan lebih lanjut dalam sejarah pemikiran Islam, dan
pemikiran mereka menjadi titik awal bagi banyak aliran pemikiran dan mazhab
yang berkembang dalam sejarah Islam.
Periode
ini sering disebut periode salaf, yang
kemudian menjadi periode transisi. Kajian lebih berorientasi pada syari'at
sebagai pesan dakwah. Pola penalaran teologis berkembang dengan baik sehingga
teori yang banyak berkembang adalah metode penalaran mutakallimin, yang juga
tidak mengabaikan metode penalaran muhadditsin.
.
Pada rentang waktu ini juga berlangsung sejak ahir kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah di Damaskus (660-750 M) dan priode awal kekuasaan Dinasti Bani
Abbasiyah (750-1258 M). Penyebaran Dakwah Islam di masa Dinasti Bani Umayyah
dilakukan dalam dua tahap, pertama perluasan wilayah dakwah, dan kedua
pengembangan ilmu pengetahuan.[3] Dengan
kekuatan militernya yang besar dan kuat Dinasti Ummayah dapat menaklukan
wilayah-wilayah untuk tunduk kepada kekuasaanya. Maka dari itu dakwah Islam
dapat berjalan dengan mudah ke masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pada masa ini juga kajian dibidang ilmu pengetahuan, politik, hukum, ilmu-ilmu
agama, sains yang sangat digalakkan. Bahkan muncul banyak terjemahan-terjemahan
karya-karya dari peradaban India, Persia, Mesir dan lain-lain yang dibawa untuk
kemudian dikaji oleh para pakar ilmu (para ahli) pada saat itu. Inilah satu
faktor yang mendorong Dinasti Umayah mencapai kejayaannya, sehingga banyak
bangunan-bangunan indah dan megah dimasanya. Periode Abbasiyah awal adalah masa
gemilang bagi dakwah yang menempatkan Baghdad, Bashrah, dan Kufah sebagai pusat
dakwah sekaligus kegiatan Islam. Ciri khas dakwah periode ini adalah adanya
kebebasan berpikir dan sikap demokratis, yang terlihat dari beragamnya aliran
agama di kalangan pejabat istana.
[1] 13
Juni 2020, https://www.kompasiana.com/sekilas-biografi-singkat-4-imam-madzhab
[2]
Aminuddin, Dakwah Teoretis dan Historis,
(Al-munzir: November 2013), vol. 6, No. 2.
[3] Setiawan,
Agus Mahfudin and Sodikin, Ahmad MISI
DAKWAH ISLAM MASA BANI UMAYYAH, (2023).
JUSAN: Jurnal Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 1
Komentar
Posting Komentar