Dakwah Info/Manajemen Dakwah
Warung Kelontong Madura di Jakarta
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kebutuhan akan
bahan-bahan tertentu tidak pernah terlepas dari jangkauan manusia sehari-hari.
Mulai dari bahan-bahan kecil sekali, maupun bahan-bahan yang sifatnya sekala
besar. Ini merupakan suatu yang lumrah bagi makhluk sosial dalam menjalankan
kehidupan sebagai mahkluk yang selalu akan membutuhkan sesatu yang lain selain
darinya.
Dalam buku
Pengelolaan Lingkungan Sosial, yang di tulis oleh Jonny Purba, di katakana
bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tampa orang lain dan barang
lain.[1]
Ini menunjukkan bahwa sempurnanya manusia dikatakan sebagi makhluk sosial
karena adanya orang lain dan barang lain di sekitarnya sebagai bagian dari
pelengkap intraksi sosialnya. Lebih-lebih dengan bahan pokok, seperti makanan,
obat-obatan, dan lain sebagainya. Barang-barang ini tidak boleh jauh dari jangkauan
kehidupannya. Dan kebutuhan akan barang-barang pokok ini menuntun adanya sebuah
penggerak atau tempat sebagai titik temu antara kepentingan hidup dan pelaku
hidup. Warung kelontong Madura misalnya. Yang menyediakan barang-barang pokok
dan bahan-bahan yang di butuhkan dalam keseharian kita.
Warung ini umumnya di kenal dengan Warung Madura,[2] dengan ciri dan bentuk yang relatif sama antar warung kelontong lainnya dan penjual yang sama-sama berasal dari pulau Madura. Sehingga orang sudah tidak asing lagi dengannya. Mulai dari adanya etalase berisi beras dan bensin eceran di depannya, dan barang jualannya rapi ditata sesuai jenisnya. Dan yang paling melekat dari ciri warung ini adalah buka 24 jam dengan penjganya yang berlogat madura. Orang Madura di kenal dengan kelompok perantau yang sudah banyak bertempat tinggal di seluruh kota Indonesia. Hampir di semua tempat. Etnis Madura, secara keseluruhan beranggapan bahwa migrasi sudah menjadi tradisi di kalangannya, dan etnis ini tergambar sebagai etnis yang memiliki keberanian jiwa, fisik yang tinggi, berjiwa keras dan ulet, penuh percaya diri, defensif dalam berbagai situasi bahaya dan genting, bersikap terbuka, lugas dalam bertutur, menjunjung tinggi martabat dan harga diri[3],
Warung kelontong
Madura adalah model toko kecil namun isinya termasuk lengkap dari segi segala
kebutuhan pokok sehari-hari. Mulai dari barang-barang kebutuhan dapaur, barang
barang kebutuhan kamar mandi, hingga kebutuhan barang-barang yang ada di luar
rumah ada di jual di warung ini, seperti jas hujan dan payung. Yang paling
tidak kalah menariknya warung ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan pelanggan.
Seperti pergeseran pemakaian uang tunai ke uang non tunai yang sangat massif.
Warung ini bahkan sudah menyediakan untuk pembayaran non tunai tersebut. Bahkan
saldo rekeningpun disana sudah bisa diambil.
Penelitian yang
dilakukan oleh Rival Nursema,
pada tahun 2018.[4] Penelitian yang di gunakan
Rival diatas menggunakan metode analisis deskriptif terjun langsung ke lapangan
dengan wawancara langsung ke pedagang-pedagang Madura. Dalam penelitian itu ia
menemukan strategi warung kelontong Madura ini dalam bersaing
dengan beberapa poin yang harus di jaganya:
1.
Bersikap ramah
dan sopan .
Ramah
dan sopan merupakan cara yang di terapkan dalam strategi marketing penjualan.
Dengan ramah dan soapan ini di harapkan pelanggan merasa nyaman dan puas
berbelanja di tempat tersebut. Bahkan rata-rata marketing penjualan menjadikan
sikap ramah dan sopan ini sebagai harga mati dan yang paling utama dalam
melayani pelanggan atau pembeli.
2.
Selalu membuka warung
24 jam.
Waktu
buka juga tidak kalah penting dari strategi memepertahankan jalannya usaha.
Dikarenakan aktifitas manusia yang beraneka ragam, maka dalam mencari
kebutuhanpun akan terjadi perbedaan waktu untuk memenuhinya. Dengan membuka 24
jam ini artinya selalu ada setiap waktu, akan menjaga diri bagi pedagang
kelontong supaya tetap menjadi pilihan utama bagi pelanggannya.
3.
Menjual barang-barang
pokok yang juga
dijual di minimarket besar lainya.
Ketersediaan
barang yang lengkap juga tidak kalah penting. Kadang orang pergi belanja dengan
tujuan bahan yang sangat di perlukan, berbarengan dengan membeli barang atau
bahan yang sifatnya sampingan. Maka ketersediaan barang secara menyeluruh ini
juga tidak kalah penting sebagai strategi mempertahankan eksistensi dari sebuah
usaha. Bahakan barang kecil sekalipun. Itu akan menjadi penilaian akan
kelengkapan suatu barang jika memang tersedia di jual di sebuah warung
kelontong.
4.
Menjual barang
yg di butuhkan bersekala namun rutin.
Barang
rutinan biasanya di butuhkan dalam sehari semalam atau 24 jam. Namun ada barang
yang di butuhkan oleh manusia yang sifatnya rutin namun tidak dalam kurun waktu
24 jam, artinya punya sekala dan tenggang waktu tertentu. Dan barang-barang ini
juga tersedia di warung kelontong Madura. Seperti bensin eceran, pulsa elektrik
dan beras literan.
Dengan
strategi ini, warung ini mampu bersaing dan eksis dalam waktu yang lama bahkan
bersaing dengan warung dan market besar sekalipun. Seperti yang kita ketahui
dan lihat saat ini. Meskipun setiap sudut kota Jakarta hususnya terdapat
market-market besar dan lengkap, warung kelontong Madura masih tetap menjadi
pilihan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari hususnya
di jakarta.
Di
Jakarta banyak warung kelontong dari etnis lain, banyak juga minimarket modern
seperti Lawson, Alfamart, Alfamidi, dan Indomaret. Namun warung kelontong maduraini
masih di bilang warung kelontong yang paling mendominasi di setiap perumahan,
gang-gang, dan jalan-jalan besar di Jakarta. Dengan banyaknya jumlah dan ciri
yang husus menjadikan warung kelontong madur ini menjadi warung kelontong yang
berbeda dengan yang lainnya.
[1]
Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan
Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Juni 2005)’ Cet. Ke-2, hal. 1.
[2] Moh.
Wafiruddaroin, Dinamika Sosial Budaya
Komunitas Pedagang Kelontong Madura di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan, (Jurnal Pemikiran dan
Riset Sosiologi, 2022), Vol.3, No. 2, hal. 5.
[3]
Andriyani Widiyastuty dkk, Kupas Tuntas
Strategi Toko Kelontong
Madura untuk Menghadapi Persaingan Bisnis di Yogyakarta, (Jurnal
Aktiva, Manajemen dan Bisnis, Oktober 2023),
Vol. 3, No. 4, hal. 2
[4]
Rival Nursema, Pengaruh perkembangan minimarket terhadap kelangsungan
usaha warung tradisional dan strategi agar dapat bersaing dan bertahan hidup di
3 Kecamatan Kota Tangerang Selatan. BS thesis. Jakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2018.
Komentar
Posting Komentar